Website Gunadarma

Jumat, 26 November 2010


Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Perbedaan Kepentingan
Maksudnya adalah pendapat atau kepentingan seseorang yang berbeda dengan yang lainnya. Terkadang bisa menyebabkan perdebatan yang bisa berakhir secara damai atau sebaliknya berakhir secara anarkis.
Prasangka , Diskriminasi dan Ethosentris
·         Prasangka adalah Suatu dasar pribadi dimana setiap orang memilikinya .
·         Diskriminasi adalah suatu pemisahan kelompok yang satu dengan yang lainnya. Misal diskriminasi warna kulit, ras dan lain-lain. Diskriminasi sangat tidak dianjurkan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan.

·         Ethosentris adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri.
Penyebab timbulnya Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka merupakan fenomena yang hanya bisa ditemui dalam kehidupan sosial.  Jika seseorang tidak pernah bertemu orang lain seumur hidupnya, mustahil ia memiliki prasangka. Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak sosial antara berbagai individu di dalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka bila tidak pernah mengalami kontak sosial dengan individu lain. Pendek kata, anda harus menjadi anggota masyarakat untuk bisa memiliki prasangka.
Terdapat 2 faktor, yakni faktor sosial dan faktor individual yang menyebabkan munculnya prasangka. Beberapa situasi sosial yang bisa memunculkan prasangka setidaknya bisa dikategorikan ke dalam enam hal, yakni akibat konflik sosial antar individu dan antar kelompok, akibat perubahan sosial, akibat struktur sosial yang kaku, akibat keadaan sosial yang tidak adil, akibat terbatasnya sumber daya, dan adanya politisasi pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari adanya prasangka.
Selain situasi sosial di atas, ada peranan faktor individual dalam memunculkan prasangka. Beberapa hal pada diri seseorang yang bisa menyebabkan prasangka adalah cara berpikir, kepribadian, pengaruh belajar sosial, dan psikodinamika kepribadian. Masing-masing memberikan sumbangan bagi kemunculan prasangka pada diri seseorang.


Pertentangan dan Ketegangan dalam Masyarakat
Konflik (pertentangan) memiliki suatu penjelasan tingkah laku yang sangat luas di bandingkan yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :
  1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik
  2. Unti  tersebut memiliki perbedaan  yang tajam dalam kebutuhan, tujuan,  masalah-, nilai-nilai, sikap, maupun gagasan.
  3. Memiliki interaksi yang di antara bagian yang mempunyai perbedaan itu ..

      cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1.      Elimination adalah  pengunduran diri salah  satu pihak yang telibat dalam konflik yangdi utarakan melalui : kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri
2.      Subjugation atau domination adalah orang atau pihak yang memiliki hak kuat dapat memaksa orang atau pihak lain untuk menurutinya.
3.       Minority Consent adalah kelompok yang kebanyakan memenangkan, tetapi  kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan dapat menerima keputusan.
4.      Compromise adalah  semua subjek kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mencari jalan tengah.
5.      Integration adalah  pendapat yang berselisih akan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok menemukan suatu keputusan yang adil untuk semua pihak.
Contohnya :
- tawuran antar kampung
- adanya perbedaan pendapat dengan kelompok lain
- perbedaan agama, suku, ras, budaya dll
Golongan Yang Berbeda Dan Integrasi Sosial
Bentuk Struktur Sosial Masyarakat Majemuk

1. Struktur sosial yang terinterseksi (intersected social structure)
Kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat dapat menjadi wadah beraktivitas dari orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang sukubangsa, agama, ras, dan aliran.
Dalam bentuk struktur sosial yang demikian keanggotaan para anggota masyarakat dalam kelompok sosial yang ada saling silang-menyilang sehingga terjadi loyalitas yang juga silang-menyilang (cross-cutting affiliation dan cross-cutting loyalities).
Bentuk struktur yang terinterseksi mendorong terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat multicultural.
2. Struktur sosial yang terkonsolidasi (consolidated social structure)
Dalam bentuk struktur yang  demikian, kelompok-kelompok sosial yang ada hanya mewadahi orang-orang yang berlatar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang sama.
Sehingga terjadi tumpang tindih parameter dalam pemilahan struktur sosial. Orang Bali akan identik dengan orang Hindu, orang Melayu identik dengan orang Islam. Partai tertentu identik dengan orang Islam, partai yang lain identik dengan orang Kristen, dan seterusnya.
Bentuk struktur sosial yang semacam ini akan menghambat terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat multicultural, karena akan terjadi pertajaman prasangka antar-kelompok.
Struktur sosial terpilah dengan parameter yang tumpang tindih, pemilahan berdasarkan sukubangsa tumpang tindih dengan pemilahan berdasrkan agama, ras, aliran, atau kelas-kelas sosial dan ekonomi.  Ikatan dalam kelompok dalam akan sangat kuat, tetapi akan menimbulkan prasangka terhadap kelompok luarnya.

integrasi sosial
integrasi tidak hanya sebuah ungkapan normatif, melainkan juga telah lama menjadi persoalan akademik.

Secara sosiologis, terdapat dua pendekatan:
1) konsensus yang lebih menekankan pada dimensi budaya  (teori struktural fungsional).
2) konflik yang lebih menekankan dimensi struktural (teori struktural konflik).
Menurut pendekatan konsensus integrasi dapat dicapai melalui suatu kesepakatan tentang nilai dasar (common platform); sedangkan menurut pendekatan konflik, integrasi hanya dapat dicapai melalui dominasi satu kelompok atas lainnya.
Integrasi sosial dalam masyarakat majemuk dipengaruhi oleh beberapa ha, misalnya: (1) struktur sosialnya, apakah interseksi atau konsolidasi, (2) faham atau ideologi, yang berkembang dalam masyarakat apakah ethnosentrisme, primordialisme, aliran, sektarianisme, dan lain-lain, ataukah faham relativisme kebudayaan, (3) apakah dapat berlangsung koalisi, (4) apakah dapat membangun konsensus tentang nilai dasar, (5) apakah berlangsung proses-proses menuju akulturasi budaya majemuk, dan (6) adakah kelompok dominan.
Struktur sosial yang bersifat intersected, berkembangnya faham relativisme kebudayaan, koalisi lintas-etnis, konsensus tentang nilai dasar, akulturasi budaya majemuk, dan adanya kelompok dominan merupakan faktor-faktor yang mendorong berlangsungnya integrasi sosial dalam masyarakat majemuk.

Multikulturalisme dalam masyarakat multikultural
Multikulruralisme pada dasarnya merupakan cara pandang yang mengakui dan menerima adanya perbedaan-perbedaan cara berfikir, cara berperasaan, dan cara bertindak dalam masyarakat yang bersumber dari adanya latar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang berbeda.
Multikulturalisme lahir karena adanya kesadaran bahwa di masa lalu hubungan di antara warga masyarakat dalam majemuk lebih conderung didasarkan pada primordialisme, ethnosentrisme dan aliran. Sehingga di dalam masyarakat majemuk terdapat potensi konflik di antara kelompok-kelompok atau golongan-golongan sosial yang ada. Hubungan yang demikian menimbulkan masalah dalam proses integrasi sosial dalam masyarakat majemuk. Lahirlah faham multikulturalisme yang lebih didasarkan pada pandangan tentang relativisme kebudayaan. Bahwa pada dasarnya setiap kelompok atau golongan sosial, baik itu sukubangsa, agama, ras, ataupun aliran memiliki ukuran-ukuran dan nilai-nilainya sendiri tentang suatu hal, meskipun tidak tertutup kemungkinan ditemukakannya common platform atau kesamaan di antara kelompok atau golongan-golongan yang saling berbeda itu.

Integrasi Nasional
Kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi.